❝ are you belladorra? ❞
Home Change Wujudkan Petarung follow

20102010

Angka cantik lagi. Saya yakin banyak orang yang memilih hari istimewa ini untuk melakukan hal istimewa. Menikah, mengutarakan cinta, pendadaran (lol), mencoba sesuatu yang baru, melahirkan, meresmikan sebuah kapal pesiar, sebagian toko mungkin tergerak untuk memberikan discount khusus, atau mungkin ada yang memilih bunuh diri di tanggal cantik ini? (aduh yang terakhir ini biarkan jadi fantasi saya saja)

Yah. Atraksi dan selebrasi. Terlalu naif bila saya mengatakan bahwa saya tidak menyukai hal-hal yang berbau demikian. Dan ditanggal cantik ini, saya memilih untuk merayakan hari berhenti berharap dan melanjutkan hidup. Terdengar ambigu? Oui. Harapan itu memang merupakan sebuah sumber dari semangat untuk maju, menjadi lebih baik, sebuah iming-iming di garis finish yang membuat kita terus berlari. Namun kadang kala kita harus mengetahui harapan apa yang masih bisa diwujudkan dan mana yang tidak. Mencegah kegilaan semu akan 'harapan' itu sendiri. Katakanlah seseorang wajib menjadi idealis namun harus realistis.

Nah, untuk memperingatinya, saya akan membocorkan sedikit draft saya yang lama tersimpan di folder saya. Wew, kedengaran kalau saya sudah menjadi penulis terkenal saja. Lol. Well, setidaknya saya punya kesempatan untuk memperlihatkan draft ini pada seseorang (syukur bila ada yang baca) karena sampai saat ini saya belum menyelesaikan draft ini. Yap, saya penulis yang sangat tidak berpendirian dan moody. Poor me.

un

“Maukah kau menghubungiku bila… kau sudah disana?”

Hening. Ia hanya membuang wajahnya. Tak ingin dihinggapi kewajiban untuk menjawab pertanyaan kecilku. Lama baru ia berkata pelan, sebuah kata yang tak lebih dari sekedar gumaman samar.

“Mungkin.”

-----------

Paris. Summer, 2009.

Hujan.

Suara rintikan air menggema di dalam apartemenku yang kecil. Menyebarkan aroma tanah basah khas musim panas ke seluruh ruangan. Temperatur yang tadinya panas perlahan-lahan menurun seiring makin bertambahnya intensitas butiran-butiran air yang menggenangi bumi. Biasanya aku menyukai hujan. Aku akan mengambil kameraku dan mulai mengambil gambar orang yang berlarian di bawah sana. Eksekutif muda, anak-anak, ibu-ibu juga tukang susu dan tukang roti, semuanya basah dan kehujanan. Ataupun aku hanya akan sekedar mengambil gambar lautan payung bewarna-warni yang menghiasi jalanan kota Paris yang suram. Akan tercipta banyak sekali tawa dalam setiap prosesnya. Banyak sekali. Tapi tidak kali ini…

Aku duduk di sofa coklat kumalku. Menatap layar televisi yang hitam sempurna karena tidak dihidupkan. Aku hanya memakai T-Shirt favoritku yang sudah lusuh, T-Shirt putih bertuliskan ‘Are you happy now?’ besar-besar bewarna merah. Ditambah sepotong celana pendek bewarna coklat dan sandal rumah berkepala panda. Dan di tangan kiriku ada sebuah handphone mungil bewarna perak yang aku beli dua tahun lalu.

Hari ini genap dua tahun dia pergi.

Dan ia bahkan tidak pernah meneleponku, sama sekali.

Aku sudah duduk di kursi ini sejak pagi. Memilih untuk bolos kantor. Aku mematung di tempat ini sejak hari masih cerah, hari mulai hujan lalu sampai sekarang saat hujan sudah mulai berhenti. Handphone kecil ini sudah lelah menari-nari di tanganku. Tapi belum sekalipun ia berdering. Aku menatap benda mungil itu—benda kecil yang seharusnya tidak sanggup aku beli dari gaji seorang pengarah mode di majalah kecil. Benda yang aku beli hanya karena angan-anganku akan dirinya yang terlalu besar. Angan-angan agar ia bersimpati sedikit padaku untuk menekan sepuluh digit nomor hanya untuk menghubungiku. Menghubungi seorang gadis posesif yang selalu setia menunggunya.

Labels: ,

About
hi.
feel free to enjoy belladorra. feedbacks always welcome.
Archive
Where were you?
free counters
Follow me
Credits
Layout and header image by mymostloved with base image, brushes and background.

© 2009-2013
myfreecopyright.com registered & protected