❝ are you belladorra? ❞
Home Change Wujudkan Petarung follow




Director : Hanung Bramantyo
Genre : Drama
Tagline : Masih pentingkah kita berbeda?
Cast : Endhita, Revalina S. Temat, Reza Rahardian, Agus Kuncoro, Glenn Fredly, Henky Solaiman, Rio Dewanto
Rate : PG-17 (for me)

Saya menulis disini bukan untuk menghakimi apakah film ini sesat atau tidak. Atau setelah 2 jam berada di depan layar bioskop saya malah ikut mempertanyakan kembali keimanan saya. Tidak. Saya mencoba menulis untuk sekedar berbagi cara pandang saya, sebuah perspektif lain dari seorang gadis yang mungkin akan terdengar sok tau dan sok alim akan isu yang diangkat oleh film ini.

Toleransi umat beragama memang berjalan di atas 'fragile line'. Jalannya begitu tipis seperti jembatan Sirotal Mustaqim yang hanya selembar helaian rambut. Hembusan sedikit saja bisa menumbangkan orang yang sedang meniti tepiannya. Padahal kenyataannya, Indonesia walau menyandang predikat sebagai negara dengan penganut muslim terbesar di dunia, masih saling sikut menyikut dalam urusan Sara dan keyakinan akan ke Maha Esaan Tuhan.

Disini saya juga ikut melantangkan tanda tanya besar yang terpampang begitu jelas di poster film ini?

Bukannya Tuhan itu satu, kita yang tak sama...

Film ini bercerita mengenai beberapa isu rasial yang sering terjadi di Indonesia. Seorang ibu sekaligus seorang istri yang merubah imannya karena ditinggal poligami oleh sang suami, seorang yang taat beragama yang kesulitan mencari pekerjaan, seorang wanita berkerudung yang bekerja di rumah makan tionghoa dan sebuah keluarga cina yang ingin terus mempertahankantradisi untu 'saling bertoleransi'.

Alur film ini berjalan lambat, dengan warna gambar yang menurut saya, terlalu gelap sehingga sedikit menganggu ketika menonton. Namun plotnya lumayan menarik, mulai dari dilema ibu yang baru beralih agama lain namun harus mengajarkan anaknya mengaji dan berpuasa, dilema seorang ayah dan kepala keluarga yang ekonomi keluarga ditopang oleh istrinya sendiri sampai dilema keluarga tionghoa yang menyajikan babi di rumah makan halal mereka. Pertanyaannya (setidaknya bagi saya) bukan apakah yang diajarkan di film ini sesuai syariat agama tertentu atau tidak. Bukan juga apakah film ini sesat atau tidak. Tapi penyajian fakta yang begitu lugas, begitu terus terang akan bagaimana isu-isu agama dan ras itu berjalan dalam koridor 'kebenaran' masing-masing yang tidak bisa dipersalahkan satu sama lain.

Akhir film ini berakhir dengan sedikit tertebak, terlalu mudah malah. Namun cukup untuk membuat banyak orang merasa haru dan meneteskan air mata.

Well, saya bingung sebenarnya bagaimana harus bersikap setelah menonton film ini. Saya masih mempercayai hal-hal dasar yang dari kecil dulu saya pelajari dari orang tua dan guru agama saya. Juga hal-hal pokok yang tertulis di Alquran dan Hadits. Namun saya tersentuh..

Haha.. Benerkan kedengarannya sotoy. But still, It worth to watch kok, at least :p

Labels:

About
hi.
feel free to enjoy belladorra. feedbacks always welcome.
Archive
Where were you?
free counters
Follow me
Credits
Layout and header image by mymostloved with base image, brushes and background.

© 2009-2013
myfreecopyright.com registered & protected