❝ are you belladorra? ❞
Home Change Wujudkan Petarung follow

"Cha, kuliah dimana?"
"UGM"
"Hoo, Jurusan?"
"Perencanaan Wilayah dan Kota."
"....." -terdiam
"Nama lainnya planologi,"
"Ooh, ilmu tentang tanaman ya?"
(deg!)


Pembicaraan di atas adalah pembicaraan yang biasanya terjadi ketika saya berbicara dengan teman atau salah satu kerabat. Sayangnya kejadian ini tidak hanya terjadi satu dua kali, tapi berkali-kali sampai saya bosan. Saya tahu nama 'perencanaan wilayah dan kota' memang tidak sepopuler teknik sipil, teknik elektro, kedokteran, pertanian dll. Memang prodi saya ini masih baru, baru berdiri dari tahun 2003 dan baru diakreditasi Desember tahun lalu (akreditasinya A loooh. Satu dari 3 univ di Indonesia yang akreditasi pwknya A). Tapi miris sekali rasanya bila prodi saya dikatakan mempelajari anatomi tanaman mentang-mentang ada 'plan' nya :(

Mungkin hal ini juga yang dialami teman-teman sekampus saya. Kegalauan akan tidak dikenalnya nama prodi kami juga materi yang diajarkan selama masa perkuliahan yang katakanlah... berbeda. Yeap. Mulai dari tumblrnya Azizah yang menceritakan 'kecelakaan' masuk ke prodi ini, Blognya Dita yang berisikan curhatnya soal tugas kami yang ga ada habisnya, juga blog Dewi dan ajakannya untuk menjadi bagian dari 'doctor of city disease' dan terlebih lagi blognya Rendy yang 'gelisah' akan banyak hal di program studi kami. Well, siapa yang kemarin bilang galau is so 2010? *lirik-lirik*

Hmmm, saya tergelitik untuk ikut berpendapat, boleh? :p

Well, satu setengah tahun berada di pwk tidak menjadikan saya sepenuhnya mengerti definisi paling tepat dari ilmu planologi. Diskusi dengan teman seangkatan, kakak tingkat, bahkan teman-teman sesama mahasiswa planologi di Undip, UNS, Unisula dan STTNas juga tidak berhasil membawa saya ke taraf 100% paham akan apa sebenarnya perencanaan wilayah dan kota itu. Masing-masing punya definisi sendiri dan bahkan bisa dikatakan masing-masing universitas memiliki mahzab tersendiri mengenai jurusan dan prodi perencanaan wilayah dan kota mereka. Namun konsklusi yang dapat saya tarik dari semua itu adalah bahwa "perencanaan merupakan ilmu yang yang menjadi jembatan dari setiap kepentingan, setiap disiplin ilmu untuk mencapai sebuah taraf kehidupan yang lebih baik. Perencanaan, walaupun namanya terdengar superior: 'Perencana' merupakan ilmu yang humble. Ya, karena perencanaan tidak hanya menjadi ilmu yang dijangkau dan melayani golongan masyarakat tertentu saja, tapi semua golongan masyarakat baik yang miskin dan kaya, golongan pekerja atau ekspatriat. Menjaga kelestarian lingkungan namun juga ikut membangun dan mengembangkan wilayah. Menggiatkan perekonomian sekaligus memaksimalkan nilai sosial. Kesemuanya dilakukan demi kehidupan yang lebih baik."

Terdengar klise ya? Ya, ya. Selintas memang iya. Tapi kenyataannya memang begitu kok. Setidaknya begitulah yang saya rasakan.

Seperti yang saya bilang mahzab tadi, Perencanaan Wilayah dan Kota UGM (yang masih satu jurusan sama Arsitektur) memang lebih concern dengan perencanaan kebijakan. Kami hanya menyentuh sedikit ilmu teknis, kulitnya saja dan selebihnya lebih membahas akan keterkaitan antar bidang penyusun kota: ekonomi, teori sosial, keruangan, hukum, metode pendekatan pada masyarakat sampai teori informasi. Meminjam istilah Rendy, kita diajarkan semua kompleksitas masalah agar bisa lebih dinamis. Mungkin dikarenakan UGM yang dikenal dengan kampus rakyat sehingga kebijakan dianggap merupakan pendekatan paling mengena pada masyarakat. Coba tanyakan dengan jurusan atau prodi pwk di universitas lain, pasti pendekatannya berbeda juga. Mungkin dikarenakan lack of calculating and technical affair, pwk dicap oleh sebagian besar orang sebagai prodi yang kurang teknik...


Ah, ya, lucu memang. Inilah hal miris lainnya dari prodi saya. Kurang dimengerti, eh? Saya sedih (dan kadang sedikit kesal) ketika orang menjudge pwk sebagai sebuah prodi yang salah fakultas. Ada yang bilang seharusnya pwk itu masuk ke hukum lah, manajemen lah, geografi lah untung ga disuruh masuk ke kedokteran gigi. Haha. Hal ini pernah ditanyakan oleh teman-teman saya dan dosen saya menjawab dengan bijak. Katanya PWK dimasukkan ke dalam teknik karena pwk itu ilmu yang merekayasa. Dasar semua disiplin ilmu diklasifikasi dalam fakultas teknik itu karena mereka merekayasa sebuah kondisi menjadi sesuatu yang baru, sesuatu yang berbeda kata lainnya 'menciptakan'. Sedangkan kalau fakultas sains itu berperan sebagai pendeskripsi masalah dan mencari kelemahan. Dan pwk itu adalah ilmu yang melihat kondisi eksisting dan merekayasa pembangunan yang paling cocok dengan kondisi tersebut. Itulah mengapa kami diklasifikasi sebagai seorang 'teknisian'.

Inspite all the controversy about my lecture, I do love pwk. Hanya perlu beberapa bulan adaptasi sebelum saya benar-benar merasa: this is where I belong, this is the place where I'll spend my future. Saya ga pernah merasa salah jurusan atau 'terjerumuskan' masuk ke prodi ini.

Dengan tulisan saya yang berapi-api ini saya hanya ingin meluruskan persepsi buruk (yang kebanyakan merendahkan) soal prodi saya juga mengundang banyak orang yang mungkin masih galau dengan prodi ini untuk sharing pendapat dan mungkin mendapatkan pencerahan..


Understanding is the first step to acceptance, and only with acceptance can there be recovery.
~ J. K. Rowling

Labels: , ,

About
hi.
feel free to enjoy belladorra. feedbacks always welcome.
Archive
Where were you?
free counters
Follow me
Credits
Layout and header image by mymostloved with base image, brushes and background.

© 2009-2013
myfreecopyright.com registered & protected