Home Change Wujudkan Petarung follow |
![]() Genre: Drama | Mystery | Romance | War Director: Jean-Pierre Jeunet Writers: Sébastien Japrisot (novel), Jean-Pierre Jeunet (story), Guillaume Laurant (story and adaptation) Starring: Audrey Tautou, Gaspard Ulliel, Dominique Pinon, Ticky Holgado, Chantal Neuwirth, Marion Cotillard, Jodie Foster Tagline: Never let go Saya agak bingung ketika harus menuliskan genre film ini. Film ini bercerita tentang perang, tapi tidak dalam sisi kebrutalan dan bloodshed yang membuat muak. Film ini juga bercerita soal penantian dan cinta, tapi bukan penantian yang cengeng dan melankolis (walau pada banyak scene, mau ga mau saya menangis juga). Hm? Film ini berkisah tentang seorang kehidupan seorang gadis di WW1, Mathilde yang pernah terserang Polio saat kecil. Namun, selain kecacatan di kakinya, Mathilde adalah seorang wanita yang tegar dan tegas. Ia seorang peniup tuba, karena tuba itu menyuarakan kesedihannya. Ia juga suka berpura-pura sakit dan menyedihkan, ketika meminta pertolongan sama walinya. Dan Mathilde ini mempunyai keyakinan teguh kalau tunangannya, Manech, yang pergi berperang, masih hidup. Ia tipe cewek yang percaya tahayul seperti "If I can peel apple skin at once, Manech still alive..." or "If the condectur didn't come in seven, Manech already dead..." Dan tahayulnya itu ga sepenuhnya terbukti, tidak sepenuhnya salah juga, dan Mathilde makin percaya bahwa Manech masih hidup. Ternyata Manech merupakan salah satu dari 5 prajurit yang didakwa melakukan tindakan bunuh diri di martial court sehingga mereka di buang di tanah tak bertuan--di antara garis depan Jerman dan Perancis. Semacam delayed murderer gitu. Mereka ditaruh di zona tembakan malam-malam buta, tanpa senjata. Bisa dibayangkan kalau tiba-tiba ada penyerangan, mereka bisa aja terbunuh oleh tembakan tentara Jerman atau Perancis. Duluan mati, malah. Di pencariannya akan Manech, Mathilde menemukan banyak fakta-fakta lain. Affair yang menyedihkan, pembalasan dendam, dan banyak kisah cinta yang tragis. Ia juga menemukan bukti-bukti bahwa Manech sudah meninggal. Tapi Mathilde tidak percaya, dia ingin memastikan, with her own eye and ears, kalau Manech sudah meninggal. Endingnya sangat manis, sangat mengharukan and again bring tears back to my eyes. Film ini bisa dibilang agak berat. Penuh dengan kompleksitas tokoh-tokoh dan flashback yang banyak. Agak sulit dimengerti bila Anda tidak menghapal nama-nama dan wajah masing-masing peran dari awal. Namun selain itu, menurut saya film ini indah. Warnanya, pengambilan gambarnya, dan settingnya sangat menarik. Jenis yang saya sukai dari sebuah film. A Very Long Engagement sekilas mirip dengan film Amelie Poulain. Ya. Alurnya, keunikan kisahnya dan lelucon-lelucon Perancis yang disisipkan di banyak tempat membuat saya sekilas sedikit deja vu. Apalagi karena Audrey Tatou yang berperan sebagai Mathilde, juga menjadi pemeran utama di film Amelie. Film ini memang ditulis dan disutradarai oleh orang yang sama dengan Amelie: Jeanne Pierre Jeunet. Ahli dalam membuat film-film komikal dengan jalan cerita yang unik. Well, sebenarnya saya mendownload film ini karena pemeran utama prianya adalah Gaspard, who I love with all of my heart. Ia berperan sebagai cowok yang manis, tidak menyukai kekerasan sehingga kehilangan ingatannya akan perang dan banyak hal. Sangat berbeda dengan peran cowok sadis ala Hannibal Lester yang kemarin ia perani. So sweet dan saya sukses melting setiap melihat Gaspard muda tersenyum di film ini. lol Manech feels Mathilde's heart in his palm. Each beat brings her closer to him. If Manech were dead, Mathilde would know.... Point dari saya: 8.9/10 Nice. Should Watch! :) Labels: review |
About
hi.feel free to enjoy belladorra. feedbacks always welcome. Archive
Affiliates
|